Kamis, 02 Desember 2010

Ulangan Harian 1 - 8 (pantun,puisi,novel dll)

ULANGAN KEDUA
Pohon talas tumbuh berjajar

Tumbuh berjajar dengan rata
Jangan malas untuk belajar
Kita belajar mengejar cita-cita

Ikan belang ikan selayar
Ikan selayar mengejar gurita
Siapa bilang malas belajar
Aku belajar mengejar cita-cita

Buah  duku  ada sepuluh
Hilang satu tinggal sembilan
Tuntut  ilmu  bersungguh-sungguh
Jangan  sampai  ketinggalan

Buah duku  bukanlah  salak
Jangan beli  buah durian
Tuntut  ilmu jangan lah salah
Jangan jadi  sesal  kemudian

Sapu lidi ditengah balai
Balainya kotak tidak terkurung
Jangan  jadi orang tak pandai
Bagaikan  katak dalam tempurung


ikan sotong diatas kubur
Sangatlah bau bunga setaman
Jangan sombong  jangan  takabur
Kalau  kita mau banyak teman

Tangkap hiu untuk memasak
Jangan melayang  diatas samudera
Meski  ilmu sangatlah banyak
Tidak  sembahyang  apalah guna


Pohon  pepaya  bukanlah  salak
Pohon  manggis  bukanlah  jarak
Teman  tertawa  sangatlah banyak 
Teman  menangis  janganlah  harap.

ULANGAN PUISI

1.     Membaca Sekilas


Ayah

Ayahku lucu sekali
Suka menggoda di kala ku sedih
Pura–pura marah jika aku manja
Tak berapa lama, ayah sudah senyum lagi

Ayahku baik sekali
Suka membelikan kue saat ku ulang tahun
Suka memberi hadiah saat ku naik kelas
Tak mengeluh saat dia lelah

Ayahku
Terima kasih atas jerih payahmu
Bekerja tak henti
Demi kami, keluargamu



2.     Menandai Sekilas

·          Sulit           ; - Jerih payah         = Kerja keras
   - Mengeluh           = Merasa sakit atau merasa berat

·          Pokok        ; - Ayahku lucu sekali
   - Ayahku baik sekali
   - Terima kasih atas jerih payahmu

·          Indah         ; - Terima kasih atas jerih payahmu
   - Demi kami, keluargamu


3.     Tafsir Larik

Ayahku lucu sekali  (Ayahku sangat menyenangkan)
Suka menggoda di kala ku sedih  (Selalu menghiburku)                  
Pura – pura marah jika aku manja     (Senang bercanda denganku)
Tak berapa lama, ayah sudah senyum lagi   

Ayahku baik sekali   (Ayahku sangat menyangiku)
Suka membelikan kue saat ku ulang tahun  (Penuh perhatian kepadaku)     
Suka memberi hadiah saat ku naik kelas (Selalu memberiku semangat)
Tak mengeluh saat dia lelah   (Tidak mudah menyerah)

Ayahku
Terima kasih atas jerih payahmu  (Pengorbanan seorang ayah)
Bekerja tak henti (Bekerja dengat giat)
Demi kami, keluargamu  (Untuk menghidupi keluarga)



4.     Parafrase

Ayahku (sangat) lucu sekali
Suka menggoda di (saat) ku sedih
(Ber)pura – pura marah jika aku (sedang) manja
Tak  berapa lama , ayah(ku)  sudah (ter)senyum lagi

Ayahku (engkau) baik sekali
Suka membelikan ku kue disaat ku ulang tahun
Suka memberi hadiah saat ku naik kelas
Tak mengeluh saat dia lelah

Ayahku
Terima kasih atas (pengorbananmu)
Bekerja (dengan sungguh sungguh)
Demi kami, keluargamu


5.     Mengubah Puisi Menjadi Prosa
Ayahku adalah orang yang paling menyenangkan dalam hidupku. Dia selalu menghiburku saat aku bersedih. Dia juga senang bercanda denganku, terbukti saat aku manja dia berpura-pura marah padaku. Namun beberapa saat kemudian dia kembali tersenyum kepadaku.
Selain menyenangkan ayahku juga sangat baik kepadaku. Saat aku ulang tahun, ayah membelikan kue sebagai wujud kasih sayang dan perhatiannya kepadaku. Ayah juga selalu memotivasiku saat kenaikan kelas dengan memberiku hadiah. Dan disaat dia lelah dengan pekerjaannya dia tidak pernah mengeluh.
Aku sangat berterima kasih kepadanya karena telah berkorban dengan bekerja keras untuk menghidupiku dan keluargaku.



6.     Pesan Pengarang

Kita harus berterima kasih kepada ayah kita karena telah menyayangi kita, bekerja keras dan berkorban untuk menghidupi kita dan keluarga.



7.     Memberi tanda baca
Ayahku / lucu sekali //
Suka menggoda / di kala ku sedih //
Pura – pura marah / jika aku manja //
Tak berapa lama / ayah sudah senyum lagi //

Ayahku / baik sekali //
Suka membelikan kue / saat ku ulang tahun //
Suka memberi hadiah / saat ku naik kelas //
Tak mengeluh / saat dia lelah //

Ayahku//
Terima kasih / atas jerih payahmu //
Bekerja tak henti//
Demi kami / keluargamu //

ULANGAN KELIMA

Tugas Membaca Novel Anak

“The Prince of Chess”

1.    Sinopsis

Pada awalnya Masruri atau yang biasa di panggil Ruri tidak menyukai permainan catur, dia lebih menyukai permainan sepak bola karena menurutnya permainan catur sangat membosankan. Suatu ketika saat Ruri ingin bermain sepak bola, bapaknya memanggil dan mengajaknya bermain catur. Ruri menolak, namun bapak merayunya dengan memberikan permen jika dia mau bermain catur sehingga Ruri pun mulai belajar bermain catur.
Setelah beberapa kali diajak bermain catur oleh bapaknya dengan diiming-imingi hadiah berupa roti, akhirnya Ruri pun mulai menyukai permainan catur. Setiap hari dia selalu bermain catur dan berlatih bersama bapak dan kakaknya sehingga dia menjadi jago bermain catur bahkan melebihi kehebatan bapaknya yang juara catur di lingkungan rumahnya. Karena Ruri semakin jago bermain catur, bapaknya sering mengajaknya mengikuti kejuaraan catur di beberapa daerah seperti Semarang, Madura dan Karawang.
Selama mengikuti kejuaraan, Ruri beberapa kali mengalami kekalahan. Walaupun kalah, tetapi dia tidak putus asa bahkan sebaliknya dia semakin giat berlatih agar menjadi juara lebih baik. Sampai akhirnya Ruri pun berhasil meraih juara 1 dan mendapat gelar Master. Setelah beberapa kali menjuarai kejuaraan catur tingkat nasional Ruri diikutsertakan oleh PERCASI pada kejuaraan catur internasional yang diadakan di Yunani. Pada kejuaraan  internasional ini Ruri mendapat peringkat 3.

2.    Tokoh
·      Masruri
wataknya : - memiliki cita cita yg tinggi, (lihat pada halaman 23)
- rajin (lihat pada halaman 40)
- tidak putus asa, (lihat pada halaman 41) 
- tidak sombong, (lihat pada halaman 72)
·      Ibu
wataknya : - perhatian, (lihat pada halaman 81)
·      Bapak
wataknya : - mendukung anak (lihat pada halaman 79)
- pantang menyerah (lihat pada halaman 80)
·      Nikolas
wataknya : - berjiwa besar, (lihat pada halaman 54)
·      Susanto
wataknya : - sabar, (lihat pada halaman 86)
·      Nenek Sar
wataknya : - penakut, (lihat pada halaman 12 dan 13)



3.    Tokoh Favorit
Tokoh favorit saya pada novel ini adalah Bapak (Mudakir), karena selalu memotivasi dan melatih Ruri agar menyukai catur serta membanting tulang untuk membiayai anaknya.

4.    Pesan Pengarang
Novel ini mempunyai pesan moral yaitu : kita harus selalu bekerja keras, pantang menyerah dalam menggapai cita cita, bersabar jika mengalami kekalahan, tidak putus asa ketika kita sedang ditimpa musibah, berbakti  kepada orang tua, memiliki cita cita yg tinggi,rajin dalam berlatih,rendah hati atau tidak sombong.

5.    Cerita Versi Sendiri

Masruri atau yang biasa di panggil Ruri adalah seorang anak yang berbeda dengan anak-anak lainya. Rata-rata anak lelaki menyukai permainan sepak bola, tetapi Ruri justru menyukai permainan catur karena permainan ini dapat mengasah kemampuan otaknya. Awalnya dia menyukai permainan catur karena sering melihat bapak dan kakaknya bermain catur. Kemudian dia pun meminta diajari bermain catur kepada bapaknya.
Setelah beberapa kali diajari bermain catur oleh bapaknya dengan, akhirnya Ruri pun mulai mahir bermain catur. Setiap hari dia selalu bermain catur dan berlatih bersama bapak dan kakaknya sehingga dia menjadi jago bermain catur bahkan melebihi kehebatan bapaknya yang juara catur di lingkungan rumahnya. Karena Ruri semakin jago bermain catur, bapaknya sering mengajaknya mengikuti kejuaraan catur di beberapa daerah seperti Semarang, Madura dan Karawang.
Selama mengikuti berbagai kejuaraan, Ruri tidak pernah mengalami kekalahan karena selama ini dia selalu giat berlatih dan mengasah kemampuanya agar dia dapat menjadi juara. Sampai akhirnya Ruri pun berhasil meraih juara 1 dan mendapat gelar Master. Setelah beberapa kali menjuarai beberapa kejuaraan catur tingkat nasional PERCASI mulai melirik kemampuan Ruri bermain catur. Akhirnya Ruri pun diberangkatkan ke Yunani untuk mengikuti kejuaraan catur internasional. Tak diduga-duga Ruri berhasil keluar menjadi juara 1 kelompok umur 11 tahun.

ULANGAN KEENAM
JOGJAKU BERSEDIH

Rabu pagi yang cerah pada 25 mei 2006, aku beserta keluarga pergi ke Jogja untuk menghadiri lamaran kakak sepupuku yang akan menikahi gadis Jogja. Aku sangat lelah sekali di perjalanan ini. Aku yang waktu itu baru duduk di kelas dua SD hanya bisa tidur di dalam jok belakang, jadi aku tidak sempat menikmati pemandangan perkampungan dan sawah-sawah. Perjalanan ini sungguh lama, karena maklum jarak yang harus ditempuh dari Jakarta ke Jogja memakan waktu sampai seharian penuh.
Setelah lebih dari 12 jam dalam perjalanan kami akhirnya sampai di kota pelajar. Kami menginap di rumah pakdeku. Esok harinya kami menyambangi rumah calon mertua kakak sepupuku. Acaranya pertemuan antara keluarga mempelai laki-laki dan perempuan. Setelah itu dilanjutkan makan malam. Saat itu kami semua bahagia, namun kebahagian itu  terhenti sejenak karena keesokan harinya terjadi musibah yang sungguh memilukan.
Sesaat setelah adzan subuh berkumandang kota jogja masih tertidur, begitu pula aku. Kira-kira pukul 05.55 WIB aku merasa ada sesuatu yang bergetar dari tanah. Aku kaget, lalu aku sekonyong-konyong bangun dan menuju pojok kamar tidur. Aku mendengar suara gaduh dari luar. Aku tidak mengerti suara apa itu karena suara itu berasal dari ucapan-ucapan bahasa jawa. Aku ingin menanyakan sebenarnya apa yang telah terjadi pagi ini pada ayah lalu aku  memanggil-manggilnya, :” Bapak, bapak!”. Tak lama kemudian ayahku muncul lalu memeluk dan mengangkatku membawa keluar rumah. Aku belum tahu apa yang sebenarnya telah terjadi sebelum aku dibawa keluar kamar. Namun, setelah aku di luar rumah aku mengetahui bahwa lima menit yang lalu baru saja telah terjadi gempa bumi.
Gempa bumi ini telah merenggut banyak sekali korban, baik harta maupun nyawa. Sekarang aku baru tahu bahwa gempa di Jogja ini berkekuatan 5,9 pada skala Richter. Tetangga pakde ku banyak yang menjadi korban. Aku khawatir kalau saja ada saudaraku yang ikut tewas juga. Alhamdulillah, semua saudaraku selamat. Namun, aku tetap merasa sedih karena melihat banyak sekali korban dan rumah-rumah yang hancur, termasuk rumah pakdeku yang Plafond rumahnya pada jatuh. Aku merasa iba pada para korban. Banyak sekali dari mereka tewas tertimpa bangunan.
Setelah 30 menit kami sekeluarga akhirnya memutuskan untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman jikalau ada gempa susulan. Kami menuju rumah saudaraku yang ada di dekat gunung Merapi, di daerah Kali Urang. Selama diperjalanan aku melihat banyak sekali bangunan yang hancur rata dengan tanah, juga banyak sekali orang yang hilir mudik mengevakuasi para korban. Aku melihat banyak sekali korban meninggal yang ditaruh di pinggir jalan. Akhirnya kami sampai di rumah saudaraku yang berada di dekat gunung merapi, di daerah Kali Urang, sekitar pukul 11.00.  Kami semua syok saat mengalami peristiwa ini. Sungguh pengalaman yang tidak dapat aku lupakan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar